Minggu, 30 Desember 2012
Senin, 24 Desember 2012
batik indonesia modern
Seni batik adalah sebuah seni gambar di atas kain yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja dan masyarakat zaman dahulu. Antara batik kerajaan dan batik rakyat hal yang membedakannya adalah dari segi motifnya. Bukan sekedar keindahan yang berupa perpaduan dan komposisi ragam hias serta permainan warna yang mempunyai satu ciri khas tersendiri, tetapi juga mewakili sebuah identitas diri dan semangat yang terpancar dari pesona kesenian batik tersebut. Lekukan garis yang unik, dipadukan dengan arsiran-arsiran lembut terus berkembang dalam motifnya seolah-olah beradaptasi dan mengikuti satu demi satu perkembangan zaman. Seperti tergambar dalam kain-kain selendang dan kebaya yang bergambarkan bunga-bunga, bahkan satu cerita bisa digambarkan dalam kain-kain tenunan tersebut. Ketika penjajah Belanda datang ke Indonesia, mereka tidak serta merta menyingkirkan kesenian batik yang merupakan identitas bangsa, justru kesenian tersebut dikembangkan oleh mereka, baik dalam bentuk pengembangan corak, warna, motif ataupun modelnya. Bahkan lebih jauh mereka telah menjadikan batik sebagai bagian dari produksi mereka. Banyak hal yang baik yang bisa kita lihat dari kesenian batik.
Ciri khasnya telah menjadikan batik sebagai salah satu khasanah budaya bangsa yang tak surut termakan zaman. Zaman feodalisme, zaman kolonialisme, zaman kemerdekaan, sampai zaman kapitalisme sekarang ini, batik masih menjadi satu pakaian yang mengidentitaskan dan karakter bangsa Indonesia di mata internasional. Perkembangan dan transformasi budaya, tenyata tak mampu menyingkirkan batik dari identitas bangsa. Ciri khas tersebut tidak sekedar sebagai artian dari identitas semata. Secara filosofis juga mempunyai esensi perlawanan terhadap westernisasi yang semakin pesat melanda Indonesia khususnya westernisasi dalam hal busana. Pengaruh budaya Barat khususnya dalam hal mode atau fasion, mendapatkan satu resistensi dari eksistensi batik sebagai simbol fasion Indonesia. Membatik yang awalnya hanya menjadi pekerjaan dari kaum perempuan sebagai salah satu sumber mata pencaharian. Namun seiring dengan perkembanganya, terutama ketika telah ditemukannya “Batik Cap” maka pekerjaan ini telah menjadi satu hal yang lazim bagi kaum laki-laki. Walaupun fenomena umum ini tidak terjadi di daerah pesisir yang telah lazim bagi kaum laki-laki untuk membatik
-bahan : katun primisima -harga blus cewe: 170.000 | -bahan : katun primisima -harga hem cowo : 165.000 -harga dress cewe: 190.000 |
-bahan : katun primisima -harga hem cowo : 145.000 -harga gamis cewe: 220.000 | -bahan : katun primisima -harga dress cewe: 170.000 |
Pengertian batik
Menurut
terminologinya, batik adalah gambar yang dihasilkan dengan menggunakan
alat canting atau sejenisnya dengan bahan lilin sebagai penahan
masuknya warna. Dalam perkembangan bentuk dan
fungsinya, batik
kemudian tidak semata-mata untuk kepentingan busana saja tetapi juga
dapat digunakan untuk elemen interior, produk cinderamata, media
ekspresi bahkan barang-barang mebel. Sementara itu menurut
Hamzuri, batik diartikan sebagai lukisan atau gambar pada mori yang
dibuat dengan menggunakan alat bernama canting.
Orang melukis atau
menggambar atau menulis pada mori memakai canting disebur membatik.
Banyak jenis kain tradisional Indonesia yang memiliki cara pemberian warna
yang sama dengan pembuatan batik yaitu dengan pencelupan rintang.
Perbedaannya dengan batik adalah pada penggunaan malam (lilin) sebagai
bahan perintang warna, sedangkan kain tradisional lain biasanya
menggunakan bahan lain sebagai perintabf warna. Ada beberapa kain
tradisional yang cara pembuatannya mirip dengan pembuatan batik
seperti kain Simbut (suku Baduy Banten), kain Sarita dan kain Maa (suku
Toraja, Selawesi Selatan), kain Tritik (Solo, Yogyakarta, Palembang,
Banjarmasin, Bali), kain Jumputan dan kain Pelangi (Jawa, Bali, Lombok,
Palembang, Kalimantan dan Sulawesi) dan kain Sasirangan (Banjar, Kalimantan
Selatan).
2.
Perkembangan Batik Tradisional di Indonesia
Sebelum penjajahan
Belanda berlangsung di Indonesia, batik sudah
dikenal di tanah Jawa
sejak jaman Kerajaan Kediri tahun 932 Masehi
hingga Kerajaan
Majapahit sampai pada masa kejayaan Islam Demak,
yang masih memakai
bubur ketan sebagai perekatnya sebelum ditemukan
lilin (malam). Namun
demikian, perkembangan batik tradisional diawali
pada jaman penjajahan
Belanda yang disebut dengan gaya Van Zuylen
sebagai orang pertama
yang memperkenalkan seni batik kepada seluruh
masyarakat di negeri
Belanda yang disebut sebagai “Batik Belanda”, batik
ini tumbuh dan
berkembang antara tahun 1840-1940. Hampir semua Batik
Belanda berbentuk
sarung yang pada mulanya hanya dibuat masyarakat
Belanda dan
Indo-Belanda di daerah pesisiran (Pekalongan). Batik
Belanda sangat
terkenal dengan kehalusan, ketelitian dan keserasian
pembatikannya. Selain
itu ragam hiasnya sebagian besar menampilkan
paduan aneka bunga
yang dirangkai menjadi buket atau pohon bunga
dengan ragam hias
burung atau dongeng-dongeng Eropa sebagai tema
pola. Paduan sejenis
juga dibuat dengan ragam hias China atau Jawa
dengan warna yang
selalu lebih cerah sesuai dengan selera masyarakat
Eropa pada masa itu37.
Selanjutnya pengaruh
budaya China juga terdapat pada batik di
pesisir utara Jawa
Tengah hingga saat ini yang dikenal dengan nama Lok
Can.
Orang-orang China mulai membuat batik pada awal abad ke 19. Jenis
batik ini dibuat oleh
orang-orang China atau peranakan yang menampilkan
pola-pola dengan
ragam hias satwa mitos China, seperti naga, ragam hias
yang berasal dari
keramik China kuno serta ragam hias yang berbetuk
mega dengan warna
merah atau merah dan biru. Batik China juga
mengandung ragam hias
buketan, terutama batik China yang dipengaruhi
pola Batik Belanda.
Pola-pola batik China dimensional, suatu efek yang
diperoleh karena
penggunaan perbedaan ketebalan dari satu warna dengan
warna lain dan isian
pola yang sangat rumit. Hal ini ditunjang oleh
penggunaan zat warna
sintetis jauh sebelum orang-orang Indo-Belanda
menggunakannya38.
Kemudian pada jaman
Jepang dikenal Batik Jawa Baru atau Batik
Jawa Hokokai. Batik
ini diproduksi oleh perusahaan-perusahaan batik di
Pekalongan sekitar
tahun 1942-1945 dengan pola dan warna yang sangat
dipengaruhi oleh
budaya Jepang, meskipun pada latarnya masih
menampakkan pola
keraton. Batik Jawa Hokokai selalu hadir dalam
bentuk “pagi-sore”
yaitu batik dengan penataan dua pola yang berlainan
pada sehelai kain
batik. Batik ini terkenal rumit karena selalu
menampilkan isisan
pola dan isian latar kecil dalam tata warna yang
banyak. selain itu
ragam warnanya lebih kuat seperti penggunaan warna
kuning, lembayung,
merah muda dan merah yang merupakan warna-warna
yang secara jelas
menggambarkan nuansa dan citra Jepang.
Batik Indonesia lahir
sekitar tahun 1950, selain secara teknis
merupakan paduan
antara pola batik keraton dan batik pesisiran, juga
mengandung makna
persatuan. Pada perkembangannya batik Indonesia
bukan hanya
menampilkan paduan pola batik keraton dengan teknik batik
pesisiran melainkan
juga memasukkan ragam hias yang berasal dari
berbagai suku bangsa
di Indonesia. Ketekunan yang tinggi serta
keterampilan seni
yang tiada banding dari para pengrajin batik maka batik
Indonesia tampil
lebih serasi dan mengagumkan. Hal ini disebabkan
karena unsur-unsur
budaya pendukungnya yang sangat kuat sehingga
terwujud paduan ideal
antara pola batik keraton yang anggun atau pola
ragam hias busana
adat berbagai daerah di Indonesia dengan teknologi
batik pesisiran dan
dikemas dalam sebuah simfoni warna yang tidak
terbatas pada
latarnya.
Batik ada yang dibuat
secara tradisional yaitu ditulis dengan tangan
dan adapula batik
yang diproduksi secara besar-besaran di pabrik dengan
teknik pembuatan yang
lebih modern. Dengan demikian terdapat dua
pengertian mengenai
batik yaitu tradisional dan modern. Batik tradisional
umumnya ditandai oleh
adanya bentuk motif, fungsi dan teknik
produksinya yang
bertolak dari budaya tradisional, sementara itu batik
modern mencerminkan
bentuk motif, fungsi dan teknik produksi yang
merupakan aspirasi
budaya modern. Menurut macamnya kain batik terdiri
atas tiga, yaitu Kain
batik tulis yang dianggap paling baik dan paling
tradisional, Kain
batik cap dan Kain batik yang merupakan perpaduan
antara batik tulis
dan batik cap yang biasanya disebut batik kombinasi.Seni
batik kini dilindungi
Undang-Undang Hak Cipta Indonesia lama No. 19
Tahun 2002.
Teknik pembuatan batik
Batik Tulis adalah
kain yang dihias dengan teksture dan corak batik
menggunakan
tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih
2-3
bulan.
Batik Cap adalah kain
yang dihias dengan teksture dan corak batik yang
dibentuk
dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik
jenis
ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
Batik Lukis adalah
proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada
kain
putih.
Jenis-jenis Batik Berdasarkan Asal Pembuatannya adalah sebagai
berikut:
CARA MEMBUAT BATIK
Mari
bersama kita melestarikan budaya batik dan kesenian Bangsa dengan
mengetahui
cara pembuatan batik tulis. Alat dan bahan yang harus disiapkan
adalah
sebagai berikut :
Kain mori (bisa terbuat dari sutra atau katun)
Canting sebagai alat pembentuk motif,
Gawangan (tempat untuk m enyampirkan kain)
Lilin (malam) yang dicairkan
Panci dan kompor kecil untuk memanaskan
Larutan pewarna
Adapun
tahapan-tahapan dalam proses pembuatan batik tulis :
1.
Langkah pertama adalah membuat desain batik yang biasa disebut molani.
Dalam
penentuan motif, biasanya tiap orang memiliki selera berbeda-beda. Ada
yang
lebih suka untuk membuat motif sendiri, namun yang lain lebih memilih
untuk
mengikuti motif-motif umum yang telah ada. Motif yang kerap dipakai di
Indonesia
sendiri adalah batik yang terbagi menjadi 2 : batik klasik, yang
banyak
bermain dengan simbol-simbol, dan batik pesisiran dengan ciri khas
natural
seperti gambar bunga dan kupu-kupu. Membuat design atau motif ini
dapat
menggunakan pensil.
2.
Setelah selesai melakukan molani, langkah kedua adalah melukis dengan (lilin)
malam
menggunakan canting (dikandangi/dicantangi) dengan mengikuti pola
tersebut.
3.
Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan
tetap
berwarna putih (tidak berwarna). Canting untuk bagian halus, atau kuas
untuk
bagian berukuran besar. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan
kedalam
larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena.
4.
Tahap berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup
oleh
lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu.
5.
Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.
6.
Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan
lilin
malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap
dipertahankan
pada pewarnaan yang pertama.
7.
Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua.
8.
Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara
meletakkan
kain tersebut dengan air panas diatas tungku.
9.
Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses
pembatikan
dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting)untuk menahan
warna
pertama dan kedua.
10.
Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai
dengan
banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.
11.
Proses selanjutnya adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah warna
direbus
air panas. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin,
sehingga
motif yang telah digambar sebelumnya terlihat jelas. Anda tidak perlu
kuatir,
pencelupan ini tidak akan membuat motif yang telah Anda gambar
terkena
warna, karena bagian atas kain tersebut masih diselimuti lapisan tipis
(lilin
tidak sepenuhnya luntur). Setelah selesai, maka batik tersebut telah siap
untuk
digunakan.
12.
Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian
mengeringkannya
dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai.
Langganan:
Postingan (Atom)