Menurut
terminologinya, batik adalah gambar yang dihasilkan dengan menggunakan
alat canting atau sejenisnya dengan bahan lilin sebagai penahan
masuknya warna. Dalam perkembangan bentuk dan
fungsinya, batik
kemudian tidak semata-mata untuk kepentingan busana saja tetapi juga
dapat digunakan untuk elemen interior, produk cinderamata, media
ekspresi bahkan barang-barang mebel. Sementara itu menurut
Hamzuri, batik diartikan sebagai lukisan atau gambar pada mori yang
dibuat dengan menggunakan alat bernama canting.
Orang melukis atau
menggambar atau menulis pada mori memakai canting disebur membatik.
Banyak jenis kain tradisional Indonesia yang memiliki cara pemberian warna
yang sama dengan pembuatan batik yaitu dengan pencelupan rintang.
Perbedaannya dengan batik adalah pada penggunaan malam (lilin) sebagai
bahan perintang warna, sedangkan kain tradisional lain biasanya
menggunakan bahan lain sebagai perintabf warna. Ada beberapa kain
tradisional yang cara pembuatannya mirip dengan pembuatan batik
seperti kain Simbut (suku Baduy Banten), kain Sarita dan kain Maa (suku
Toraja, Selawesi Selatan), kain Tritik (Solo, Yogyakarta, Palembang,
Banjarmasin, Bali), kain Jumputan dan kain Pelangi (Jawa, Bali, Lombok,
Palembang, Kalimantan dan Sulawesi) dan kain Sasirangan (Banjar, Kalimantan
Selatan).
2.
Perkembangan Batik Tradisional di Indonesia
Sebelum penjajahan
Belanda berlangsung di Indonesia, batik sudah
dikenal di tanah Jawa
sejak jaman Kerajaan Kediri tahun 932 Masehi
hingga Kerajaan
Majapahit sampai pada masa kejayaan Islam Demak,
yang masih memakai
bubur ketan sebagai perekatnya sebelum ditemukan
lilin (malam). Namun
demikian, perkembangan batik tradisional diawali
pada jaman penjajahan
Belanda yang disebut dengan gaya Van Zuylen
sebagai orang pertama
yang memperkenalkan seni batik kepada seluruh
masyarakat di negeri
Belanda yang disebut sebagai “Batik Belanda”, batik
ini tumbuh dan
berkembang antara tahun 1840-1940. Hampir semua Batik
Belanda berbentuk
sarung yang pada mulanya hanya dibuat masyarakat
Belanda dan
Indo-Belanda di daerah pesisiran (Pekalongan). Batik
Belanda sangat
terkenal dengan kehalusan, ketelitian dan keserasian
pembatikannya. Selain
itu ragam hiasnya sebagian besar menampilkan
paduan aneka bunga
yang dirangkai menjadi buket atau pohon bunga
dengan ragam hias
burung atau dongeng-dongeng Eropa sebagai tema
pola. Paduan sejenis
juga dibuat dengan ragam hias China atau Jawa
dengan warna yang
selalu lebih cerah sesuai dengan selera masyarakat
Eropa pada masa itu37.
Selanjutnya pengaruh
budaya China juga terdapat pada batik di
pesisir utara Jawa
Tengah hingga saat ini yang dikenal dengan nama Lok
Can.
Orang-orang China mulai membuat batik pada awal abad ke 19. Jenis
batik ini dibuat oleh
orang-orang China atau peranakan yang menampilkan
pola-pola dengan
ragam hias satwa mitos China, seperti naga, ragam hias
yang berasal dari
keramik China kuno serta ragam hias yang berbetuk
mega dengan warna
merah atau merah dan biru. Batik China juga
mengandung ragam hias
buketan, terutama batik China yang dipengaruhi
pola Batik Belanda.
Pola-pola batik China dimensional, suatu efek yang
diperoleh karena
penggunaan perbedaan ketebalan dari satu warna dengan
warna lain dan isian
pola yang sangat rumit. Hal ini ditunjang oleh
penggunaan zat warna
sintetis jauh sebelum orang-orang Indo-Belanda
menggunakannya38.
Kemudian pada jaman
Jepang dikenal Batik Jawa Baru atau Batik
Jawa Hokokai. Batik
ini diproduksi oleh perusahaan-perusahaan batik di
Pekalongan sekitar
tahun 1942-1945 dengan pola dan warna yang sangat
dipengaruhi oleh
budaya Jepang, meskipun pada latarnya masih
menampakkan pola
keraton. Batik Jawa Hokokai selalu hadir dalam
bentuk “pagi-sore”
yaitu batik dengan penataan dua pola yang berlainan
pada sehelai kain
batik. Batik ini terkenal rumit karena selalu
menampilkan isisan
pola dan isian latar kecil dalam tata warna yang
banyak. selain itu
ragam warnanya lebih kuat seperti penggunaan warna
kuning, lembayung,
merah muda dan merah yang merupakan warna-warna
yang secara jelas
menggambarkan nuansa dan citra Jepang.
Batik Indonesia lahir
sekitar tahun 1950, selain secara teknis
merupakan paduan
antara pola batik keraton dan batik pesisiran, juga
mengandung makna
persatuan. Pada perkembangannya batik Indonesia
bukan hanya
menampilkan paduan pola batik keraton dengan teknik batik
pesisiran melainkan
juga memasukkan ragam hias yang berasal dari
berbagai suku bangsa
di Indonesia. Ketekunan yang tinggi serta
keterampilan seni
yang tiada banding dari para pengrajin batik maka batik
Indonesia tampil
lebih serasi dan mengagumkan. Hal ini disebabkan
karena unsur-unsur
budaya pendukungnya yang sangat kuat sehingga
terwujud paduan ideal
antara pola batik keraton yang anggun atau pola
ragam hias busana
adat berbagai daerah di Indonesia dengan teknologi
batik pesisiran dan
dikemas dalam sebuah simfoni warna yang tidak
terbatas pada
latarnya.
Batik ada yang dibuat
secara tradisional yaitu ditulis dengan tangan
dan adapula batik
yang diproduksi secara besar-besaran di pabrik dengan
teknik pembuatan yang
lebih modern. Dengan demikian terdapat dua
pengertian mengenai
batik yaitu tradisional dan modern. Batik tradisional
umumnya ditandai oleh
adanya bentuk motif, fungsi dan teknik
produksinya yang
bertolak dari budaya tradisional, sementara itu batik
modern mencerminkan
bentuk motif, fungsi dan teknik produksi yang
merupakan aspirasi
budaya modern. Menurut macamnya kain batik terdiri
atas tiga, yaitu Kain
batik tulis yang dianggap paling baik dan paling
tradisional, Kain
batik cap dan Kain batik yang merupakan perpaduan
antara batik tulis
dan batik cap yang biasanya disebut batik kombinasi.Seni
batik kini dilindungi
Undang-Undang Hak Cipta Indonesia lama No. 19
Tahun 2002.